Kamis, 28 Januari 2010

Sehari di Pengungsian Vietnam



 
Kali ini, saya akan ajak temen-temen untuk singgah sebentar sebelum kita bersantai di pantai melur.
Setelah kita menempuh perjalan sejauh 50km dari Bandara Hang Nadim dan setelah kita melewati 5 jembatan besar. Sesaat setelah kita melewati jembatan ke5 (jembatan raja kecil) kita akan belok kekiri sedikit, yakni ke bekas camp pengungsian vietnam....soalnya kurang lengkap rasanya kalau ke Batam tidak singgah di tempat yang paling dikenal diseluruh dunia ini. Karena sampai saat ini para mantan pengungsi itu kini setiap tahun kesini untuk berziarah ke makam para sanak family mereka yg meninggal dan dimakamkan disini.

Sesaat setelah kita melewati pos jaga yang dikelola oleh Pemerintah Kota Batam dengan hanya membayar Rp 5000 – Rp 10.000 untuk sepeda motor dan Rp 20.000 – Rp 25.000 untuk mobil, kita akan disuguhi oleh wangi daun pandan.....sempet merinding juga sih....karena wanginya begitu menyengat.....gimana nggak coba... tanaman pandan ada di kiri kanan jalan , wangi pandan ini seperti mengajak kita untuk kembali ke tahun 1980 , saat ratusan ribu penduduk Vietnam melarikan diri kenegara lain termasuk kesini pasca perang saudara di negaranya.

Nah...Gelombang pengungsian besar-besaran ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Hingga akhirnya di Desa Sijantung- Pulau Galang - Kepulauan Riau inilah disepakati sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi ini.
UNHCR dan Pemerintah Indonesia sepakat tuh untuk membangun berbagai fasilitas, seperti barak pengungsian....tempat ibadah.....rumah sakit....serta sekolah, yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi ini.

Di sini ini, mereka melanjutkan hidup dari tahun 1979-1996, hingga akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam. Ditempat seluas 80 hektar ini mereka ditutup dari interaksi dengan penduduk setempat....katanya sih.... untuk mempermudah pengawasan, pengaman, pengaturan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa oleh para pengungsi ini.
Di sini , temen-temen dapat melihat beberapa monumen dan sisa peninggalan dari kamp pengungsian ini, temen-temen bisa ngebayangin deh...gimana sengsaranya mereka bercoba untuk bertahan hidup dinegeri orang. Disini kita melihat monumen yg dibuat oleh para pengungsi yaitu Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan. Patung ini menggambarkan seorang wanita pengungsi yang bernama Tinhn Han Loai yang diperkosa oleh sesama pengungsi. Malu menanggung beban diperkosa, akhirnya ia bunuh diri. Nah...dalam rangka untuk mengenang peristiwa tragis itulah maka patung ini dibuat oleh para pengungsi.

 

Disini...di camp pengungsian ini ada penjara juga loh ....karena pemerkosaan bukanlah satu-satunya tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pengungsi. Beberapa dari mereka juga mencuri, bahkan membunuh. Oleh karena itulah sebuah penjara juga dibangun di tempat ini. Penjara ini digunakan untuk menahan para pengungsi yang melakukan tindakan-tindakan kriminal tersebut, juga untuk menahan pengungsi yang mencoba melarikan diri.

Tak jauh dari Patung Taman Humanity ini, terdapat areal pemakaman yang bernama Ngha Trang Grave. Di sini, dimakamkan 503 pengungsi Vietnam yang meninggal karena berbagai penyakit yang mereka derita selama berlayar berbulan-bulan di laut lepas. Selain itu, depresi mental membuat kondisi fisik mereka semakin lemah. Kini, hampir setiap tahun banyak sanak keluarga dari yang meninggal ini datang ke sini untuk berziarah.

 

Monumen Perahu ini yang terdiri atas tiga perahu yang digunakan para pengungsi ketika meninggalkan Vietnam. Dengan perahu seperti inilah mereka selama berbulan-bulan mengarungi Laut Cina Selatan, hingga akhirnya tiba di Pulau Galang dan sekitarnya. Pada tahun 1996, perahu-perahu ini dengan sengaja ditenggelamkan oleh para pengungsi sebagai bentuk protes atas kebijakan UNHCR dan Pemerintah Indonesia yang ingin memulangkan sekitar 5.000 pengungsi.



Selain itu, tempat ibadah yang dulu dibangun untuk memfasilitasi pengungsi, juga masih ada hingga kini lho. Seperti, Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja protestan, dan juga mushola.
Vihara Quan Am TU, merupakan salah satu tempat ibadah yang paling mencolok di situ. Cat bangunan yang berwarna-warni membuat pengunjung dapat mengenalinya dari kejauhan.

 

Dalam bangunan ini, terdapat tiga patung berukuran besar dengan warna-warna yang mencolok. Di depannya terdapat patung naga raksasa yang seakan menjaga ketiga patung ini. Salah satu dari ketiga patung ini adalah Patung Dewi Guang Shi Pu Sha. Di bawah kaki patung sang dewi, terdapat plakat yang menceritakan bahwa dewi ini dapat memberikan hoki, jodoh, keharmonisan dalam rumah tangga, dan juga dapat memberi kepintaran serta mengabulkan cita-cita bagi anak-anak.

Kalau temen-temen ingin cari gambaran yang lebih jelas, temen-temen bisa datang ke gedung bekas kantor UNHCR di gedung ini, temen-temen bisa melihat foto seribu wajah pengungsi yang pernah tinggal di camp ini. Gedung ini sekarang telah menjadi kantor resepeionis dan sumber segala informasi tentang pengungsi selama mereka ada disini.

Selamat Jalan-jalan di Batam.

Bagikan

Top Blogs

0 comments:

Posting Komentar

 

cerita dari pulau Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template